Andrey Rublev Buka Suara Terkait Depresi Yang Alexander Zverev Alami
2025-07-17 21:41:11 By Odegaard

Hari demi hari berlalu, petenis peringkat 10 dunia menjadi pribadi sekaligus petenis yang lebih tenang. Ia selalu menjadi bom waktu di lapangan, dengan emosi meluap-luap dan meledak-ledak, terkadang dengan cara yang tidak terduga. Sedemikian rupa sehingga petenis kelahiran Moskow tersebut mencapai titik puncaknya dan bahkan mengaku mengalami depresi.
Kini, sejak ia terbuka dan mengakui masalahnya, amarahnya telah mereda, meskipun terkadang muncul kembali dan dengan sudut pandang tersebut, ia menyuarakan pendapatnya tentang apa yang tengah dialami petenis berkebangsaan Jerman, Zverev.
Petenis peringkat 3 dunia mengejutkan dengan pernyataannya setelah tereleminasi dari babak pertama Wimbledon. Di konferensi pers, ia mengungkapkan bahwa ia tidak pernah merasa seperti itu sebelumnya.
“Saya merasa kosong dan sangat kesepian dalam hidup, saya memiliki masalah mental. Saya kesulitan menemukan kegembiraan di luar lapangan dan saya merasa sangat, sangat kesepian. Saya tidak pernah mengalami hal seperti itu sebelumnya. Masalah saya saat ini bukan tenis, tetapi menemukan sesuatu dalam diri saya,” tutur Zverev.
Terkait pernyataan tersebut, dengan jelas Rublev menyatakan, “Itu pembicaraan yang sangat panjang dan menyulitkan, tetapi itu tidak berhubungan dengan tenis. Tenis itu pemicu bagi beberapa petenis. Dalam kasus saya, tenis memicu saya. Dan saya pikir Sascha melalui hal yang sama karena ia mencintai tenis, tetapi itu bukan tentang hasil.”
Petenis peringkat 10 dunia pun membicarakan tentang pengalamannya dan langkah-langkah yang ia ambil agar keluar dari keterpurukan tersebut.
“Dalam kasus saya, saya harus melakukan sesuatu dengan diri saya sendiri, menghadapi diri saya sendiri, dan begitu saya mulai menghadapinya, keadaan mulai membaik. Sangat mudah bagi saya untuk membicarakan hal-hal itu dan saya terus melakukannya,” tambah Rublev.
Petenis kelahiran Moskow mengungkap fakta bahwa masa Zverev bukan terletak pada tenisnya, melainkan pada kehidupan sehari-harinya sebagai manusia.
“Ini bukan tentang tenis, ini tentang hal-hal umum. Setiap orang memiliki pergumulan batinnya sendiri, setiap orang memiliki masalah sendiri yang harus dihadapi. Setiap orang, atlet, atau bukan, pada akhirnya menderita hal yang sama, masing-masing harus menghadapi masalahnya sendiri,” tambah Rublev.
“Mereka yang mencintai tenis atau tidak suka tenis lebih santai. Mereka sebenarnya tidak peduli karena mungkin mereka memiliki prioritas yang berbeda, tetapi bagi mereka yang mencintai tenis, tenis justru membuat merek bersemangat.”
Sedang Tayang
🔥 Populer























